in

VW Kodok HIJAU (SOLD)

- - 1 comment
UNTUK MEMORY SAJA 
Sudah terjual Jual mobil VW 1303, spec. nya sebagai berikut :

- warna Hijau segar closed to madza zoom-zoom
- Body luar dalam masih Kaleng dan OK
- pajak hidup masih panjang gan
- AC, maknyus dinginnya
- Sudah CDI
- Exterior dan Interior rapi
- Mesin terawat per bulan selalu check kesehatan di bengkel mas Nano (tak promoin biar dapet diskon)
- Untuk detail lainya biarkan pic pic yang ane posting


kalo ada yang mau lihat barang senin - jumat bisa di lihat di jakarta pada jam jam kantor atau kalo sabtu minggu bisa di lihat di rumah ane di cimanggis-depok.

Sekedar untuk penampakan gan :





Untuk dokumentasi restorasi bisa di lihat di blog ini gan :
ane sengaja sediakan khusus untuk mobil ini, ane harap untuk penerusnya bisa nerusin juga history-nya ini mobil (blog ini akan jadi milik pemilik baru mobil ini).
http://katakan-katak.blogspot.com/  <<< hiks sudah di block sama google ....
History website nya ada di sini
http://youngahmad.blogspot.co.id/2012/12/blog-vw-kodok.html





in

Lumpur lapindo ehhhh ... lumpur sidoarjo.

- - No comments
Setelah saya posting tentang "i wanna go back home", saya jadi inget kejadian ini

Lumpur Lapindo = Lumpur Sidoarjo (LUSI), entah tepatnya kapan muncul istilah LUSI itu yang jelas pengalihan nama ini akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Bahwa lumpur yang saat ini menggenang 11 Desa dan sekitarnya, merupakan lumpurnya orang-orang Sidoarjo, bukan lumpurnya Lapindo.

Bisa dikatakan ada project cuci tangan besar besaran, semenjak ditetapkannya bencana Lumpur Lapindo eh lumpur sidoarjo = Bencana Nasional(sekitar 24/11/06), dimana yang semestinya resiko bisnis dan kesalahan yang seharusnya ditanggung sepenuhnya oleh pelaku bisnis, berubah ditanggung oleh negara. Artinya, APBN akan dikucurkan lagi untuk menambal hampir seluruh resiko bisnis. Menyedihkan ...... 


Bersambung ..........................
-------------------------------------------------------------------------------

 

in

Inspiring One - Muhaimin Iqbal

- - No comments
Pada saat saya menulis ini, saya baru saja menyelesaikan membaca bagian satu dari buku ini. Si pak MI ini sangat pintar sekali dalam menulis, beliau suka sekali menganalogikan dengan sesuatu ketika bertutur dalam alur ceritanya. Dan tentunya buat saya sangat mudah - mudah sekali di cerna dan paham maksud tujuannya.

Bagian satu bab 12: "Tentang waktu yang berlalu", Terjadi percapakan antara Esmud lulusan MBA dengan seorang Nelayan. Dimana Cita-cita dari kedua orang ini (pencapaian tujuan)sama tapi dengan pemikiran yang berbeda. Cara Esmud terlalu komplek untuk sebuah cita-cita padahal kalo di pikir belum tentu juga seiring waktu di bisa mencapainya ..... dibandingkan dengan si nelayan .....  pesan dari bab ini yang saya tangkap ..... senderhanakan tujuanmu ingat waktu ... (mungkin beda beda yaaaa dengan pesan yang anda tangkap).

wah sudah yaa ... sialakan baca sendiri yaaa .....

Saya mau nerusin baca dulu. :)
insyaAllah .. saya akan tulis lagi exp. baca saya untuk buku ini , tapi saya tulis di form comment :p
   


Pengarang : Muhaimin Iqbal
Penerbit : Republika
Halaman : viii + 232 Halaman
Berat : 150 gram
in

I wanna go back home

- - No comments
Saya lahir di Kludan , Tanggulangin, di sidoarjo.
Jarak rumah saya dari lumpur Lapindo hanya 5 Km  dari lapisan terluar kawasan Lapindo....

Saya tahu kenyataannya, saya tahu perasaan mereka dan saya bisa merasakan penderitaan mereka.

AKU MAU PULANG "TRAGEDI LUMPUR LAPINDO".

Artikel dibawah ini diambil dari http://film.gekkovoices.com
  • silakan lihat film-nya disini dan pilih sesuai bahasa kamu dalam Bahasa atau English  
  • see the movie here and Choose your language : in Bahasa or English 

Saya foward kembali disini , terima kasih buat gekkovoices :

Tragedi lumpur Lapindo adalah bencana ekologis terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Sejak bencana itu terjadi pada 29 Mei 2006 hingga hari ini tidak ada upaya nyata untuk menghentikan semburan lumpur ini. Warga korban luapan lumpur panas yang mengungsi di Pasar Baru Porong mencapai 14.768 jiwa. Meskipun sebagian kecil dari mereka telah mendapat bantuan kompensasi dari pihak Lapindo, warga terlanjur kehilangan mata pencaharian, tempat bernaung, segenap harta benda serta hidup dan kebersamaan yang telah terbangung.

Telah banyak warga yang mengalami gangguan fisik, sebanyak 49.639 jiwa menjalani rawat jalan, 1.130 orang menjalani rawat inap tersebar di berbagai pos kesehatan dan rumah sakit. Penderita gangguan jiwa telah puluhan orang diakibatkan tinggal di lokasi pengungsian. Anak-anak terganggu dalam aktivitas belajar mengajar, 33 gedung sekolah negeri dan swasta, mulai tingkat TK hingga SMA telah terendam lumpur.

Kerugian akibat Lumpur mencapai Rp 33 Triliun, serta tidak terhitung angka kerugian akibat bencana lingkungan dan sosial yang terjadi. Dan angka-angka akan terus bertambah sepanjang lumpur tetap mengalir ….… entah sampai kapan, hanya ada satu yang pasti …warga Porong yang desanya telah terendam lumpur, tidak akan pernah pulang kembali kerumahnya....

Untuk lebih jelas tentang peristiwa ini silahkan lihat di Jatam (www.jatam.org), Walhi (www.walhi.or.id), dan Gekko Studio (www.gekkovoices.com).



foward again at my blog, thank`s to gekkovoices :

Mud Lapindo tragedy is the biggest ecological disaster has ever happened in Indonesia. Since the first time the mud is blasted on 28 May 2006, till today there are no real efforts to discontinue the blast. The number of people must be evacuated to Pasar Baru Porong reached up to 14.768 peoples. Though some of them have got compensation from Lapindo, their lives have come too far unintentionally and they have lost most of their lives, including their jobs, shelters, properties and materials, and togetherness.

Lots of evacuee experiencing physical problems. 49.639 of them are outpatients while 1.130 people must be taken care in several health centers or hospitals. Monomaniacs also found as the result of distress while living in the evacuation. 33 school buildings including public and private schools are covered by mud and affected to children’s learning activity.

The loss of this tragedy reached up to Rp 33 trillion, while the number of environment and social loss effects is innumerable. The number is increasing as the mud kept running – until when? Who knows? One thing for sure, Porong’s community whom their houses are covered by mud, will never return to their homes.

See more on www.jatam.org, www.walhi.or.id, and www.gekkovoices.com.

 --------------------------